Latihan yang diawali dari kapal markas KRI Semarang-594, 3 Tim Serbu Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut melakukan penyerbuan usai mendapatkan Briefing operasi oleh Komandan Pusat Komando Pasukan Katak.
Dari Briefing operasi yang telah diterima, ketiga tim serbu komando pasukan katak dengan cepat menyerbu Pulau Damar dengan menggunakan Sea Rider. Tim Alpha dipimpin oleh Asisten Operasi Kasal Laksda TNI Dadi Hartanto, tim Bravo dipimpin oleh Pangkoarmada I Laksda TNI Arsyad Abdullah dan Tim Charlie dipimpin oleh Pangkoarmada III Laksda TNI Irvansyah
Dalam proses penyerbuan, ketiga tim mendapatkan serangan tak terduga dari musuh sebelum memantai. Penyerangan itu direspon dengan sigap oleh tim dengan melakukan manuver serta membalas tembakan serangan musuh hingga akhirnya kekuatan musuh di pantai dapat dinetralisir sepenuhnya.
Ketiga tim kemudian menyerbu sasaran utama dengan berpencar guna mengecoh kekuatan musuh. Penyerbuan ke sasaran utama mendapatkan perlawanan dari musuh yang tiba-tiba muncul dan menyerang masing-masing tim kopaska namun berhasil dilumpuhkan dengan cepat dan seluruh tim sampai pada titik sasaran dengan waktu bersamaan dan masing-masing tim berhasil meledakkan sasaran utama yang menjadi markas musuh.
Usai Raid Demolisi penghancuran fasilitas musuh di pulau damar, Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut memberikan penghargaan kepada ketiga pimpinan Tim Serbu Kopaska, diantaranya Asisten Operasi Kasal, Pangkoarmada I dan Pangkoarmada III.
Dengan melaksanakan upacara ketiga pimpinan tersebut mendapatkan brevet sebagai warga kehormatan pasukan katak TNI Angkatan Laut.
Penyematan brevet kehormatan “Manusia Katak” oleh Komandan Pusat Komando Pasukan Katak Laksma TNI Yudhi Bramantyo N S ini adalah merupakan salah satu agenda upacara tradisi khas yang dilaksanakan bertepatan dengan berakhirnya Latihan Operasi Peperangan Laut Khusus yang melibatkan anggota Kopaska dari Armada I, Armada II dan Armada III.
Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) Laksda TNI Arsyad Abdullah mengungkapkan apresiasi yang tinggi terhadap prajurit Kopaska, atas dedikasi tinggi mereka terhadap TNI AL, bangsa dan negara. Para prajurit Kopaska telah melalui berbagai persyaratan maupun tes khusus untuk menjadi seorang Frogman.
Sesuai dengan semboyannya tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi, musuh yang menghambat tersebut berhasil dilumpuhkan dengan cepat dan seluruh tim sampai pada titik sasaran dengan waktu bersamaan. Masing-masing tim berhasil meledakkan sasaran utama yang menjadi markas musuh.
Setelah Raid Demolisi penghancuran fasilitas musuh di pulau damar, Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut memberikan penghargaan kepada ketiga pimpinan Tim Serbu Kopaska, diantaranya Asisten Operasi Kasal, Pangkoarmada I dan Pangkoarmada III. Dengan melaksanakan upacara ketiga pimpinan tersebut mendapatkan brevet sebagai warga kehormatan pasukan katak TNI Angkatan Laut.
Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) dalam kesempatan tersebut mengungkapkan kebanggaannya usai menjadi warga kehormatan manusia katak. “Salut kepada prajurit yang telah menempuh latihan, dan pendidikan selama lebih dari satu tahun untuk menjadi seorang prajurit Kopaska sejati. Saya yakin tidak semua prajurit TNI AL mampu menjalani pendidikan Kopaska yang terkenal keras, penuh tantangan, dan menguras tenaga serta pikiran tersebut,” ujar Pangkoarmada I
Lebih lanjut Pangkoarmada I mengatakan, “Peristiwa bersejarah ini dapat memberikan kebanggaan dan perhatian serta komitmen kita dalam membina dan membangun serta mengembangkan kemampuan Komando Pasukan Katak yang kehadirannya senantiasa memberikan deterrence effect atau daya tangkal yang tinggi terhadap pihak lain” pungkasnya
Saat ini Kopaska terbagi menjadi Satuan Komando Pasukan Katak Armada I di Pondok Dayung, Jakarta Utara, dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada II di Ujung, Surabaya dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada III di Sorong, Papua.
Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan amfibi.
Korps dengan “Tan Hana Wighna Tan Sirna” yang berarti “tak ada rintangan yang tak dapat diatasi” secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, untuk membantunya dalam pengembalian Irian Barat.
(Red/Slamet)