Jakarta, jejakprofil.com – Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi mendarat di Bandara Internasional Silangit pada minggu ini. Beliau berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Menko Marves Jend.Luhut Binsar Panjaitan, Menlu Retno Marsudi dan sudah barang tentu dengan Presiden Joko Widodo. Hal ini mendapat perhatian dari Mangasi Sihombing seorang yang pernah berkiprah di dunia diplomasi.
Pendaratan beliau di Silangit mengingatkan Mangasi akan perjumpaan mereka dengan seorang turis wanita Tiongkok dari Shanghai di Danau Toba pada tahun 2015.
Kala itu Mangasi dan isteri ke kampungnya, Lintongninuta dengan pesawat yang mendarat di Silangit. Waktu mau pulang ke Jakarta mereka menyempatkan diri ke Samosir untuk lebih mengenal kawasan ini.
Dari Tuktuk ke Parapat mereka naik kapal motor kecil, angkutan air yang lumrah terdapat di danau Toba. Kapal ini mengambil penumpang dari beberapa tempat di pantai Samosir. Pada satu tempat singgahan, beberapa orang naik kapal. Salah satunya seorang gadis Tionghoa. Dia mengambil tempat duduk persis berhadapan dengan Mangasi dan isteri dan merekapun bercakap-cakap dengan gadis ini. yang ternyata bekerja di Shanghai. “Pulau Samosir dan danau ini cantik sekali, penuh kedamaian, saya masih akan berkunjung lagi dengan teman”, tukasnya.
Mangasi menyatakan kegembiraan atas niatnya itu, bahkan menjelaskan sudah ada bandara Silangit di Humbang tak jauh dari danau dan sedang direncanakan menjadi bandara internasional, sehingga kemungkinan jalur Shanghai-Silangit bisa terjadi. Setiba di pelabuhan Ajibata, Mangasi tak lupa menanyakan gadis ini apa kembalian ongkosnya sudah dia terima dari ABK, karena waktu membayar di kapal dia menyerahkan lembaran seratus rupiah.
Mangasi sendiri pernah bertemu secara informal dengan Wang Yi sebagai Deputi Menlu di kantornya di Beijing di sela-sela pertemuan koordinasi dengan para kepala-kepala Penerangan Kedutaan-kedutaan Indonesia se-Asia di kota tersebut.
Menurutnya, unjungan Menlu Wang Yi ke Indonesia ini memiliki makna tersendiri dalam hubungan bilateral antara kedua negara. Kita mencatat vaksin Sinovac pesanan Indonesia dari RRT, juga undangan Menko Luhut untuk investasi negara Panda di berbagai proyek di Indonesia termasuk kawasan danau Toba seperti Sigapiton untuk proyek-proyek pariwisata. RRT juga diundang untuk proyek perkebunan tanaman herbal di Holbung Kabupaten Humbahas.
Peningkatan hubungan bilateral penting untuk menapaki kerjasama ke depan terutama dengan terjadinya pelanggaran-pelanggaran perairan Indonesia termasuk ZEE oleh kapal-kapal ikan Tiongkok di kawasan kepulauan Natuna, bahkan dengan pengawalan kapal angkatan laut Tiongkok. Lebih mendasar lagi karena secara unilateral RRT menetapkan Nine Desh-Lines (NDL) di Laut Tiongkok Selatan yang tumpang tindih dengan wilayah perairan teritorial maupun ZEE negara-negara pantai di kawasan seperti Indonesia.
Presiden Joko Widodo telah menanggapi aksi tak bersahabat RRT ini dengan kunjungan beliau ke Natuna guna menegaskan agar pihak asing manapun jangan main-main dengan kedaulatan Indonesia. Mengingat hal ini, sangat wajar apabila dalam pertemuan bilateral Menlu Wang Yi dengan Menlu Retno Marsudi telah dibahas masalah keamanan di Laut Tiongkok Selatan.
Menurut Mangasi, posisi Menlu di RRT termasuk strategis dan penting untuk negara bersangkutan. Kita lihat misalnya tokoh Zhou En-lai yang menjabat Menlu pertama RRT dari 1949-1958 dan menjadi Perdana Menteri pada masa Mao Zhe Dong.
Pada waktu terjadinya petualangan G.30.S., Menlu RRT dijabat oleh Chen Yi. Apakah ada hubungan darah antara Chen Yi dengan Wang Yi masih misteri. Dilihat dari riwayat hidupnya, Wang Yi telah masuk PKT (Partai Komunis Tiongkok) pada umur 16 tahun, dan menjadi pekerja. Karirnya telah cukup lama di kementerian luar negeri Tiongkok sebagai diplomat yang diawali dengan pangkat atase. Namun penugasannya di kedutaan Tiongkok di luar negeri hanya 2 kali yaitu di Jepang, sebagai konselor dan yang kedua-kalinya sebagai duta besar.
Di Kemlu Tiongkok Wang Yi ikut menangani masalah sensitif Taiwan. Sebagai pejabat partai, di Kemlu ia merangkap jabatan politis sebagai Sekretaris PKT, jabatan mana dia pegang hingga dia menjabat Wakil Menlu. Namun setelah menjadi Menlu dia menjadi Wakil Sekretaris Partai, hal mana dapat dimengerti karena sebagai Menlu dia lebih banyak kegiatan. Jabatan prestijius lain yang dia pegang adalah anggota Dewan Negara.
Proyek Sigapiton tersebut di atas yang meliputi lebih dari 450 hektar merupakan gagasan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, dan akan menjadi salah satau primadona untuk pariwisata super prioritas Indonesia. Disana akan berdiri sejumlah hotel-hotel kelas dunia, dan tentunya Tiongkok akan ikut mengambil bagian disana.
Keterlibatan Tiongkok ini juga dicanangkan dengan pembangunan sebuah rumah sakit modern, sehingga ke depan orang Indonesia tidak perlu berbondong-bondong berobat ke Guangzhou misalnya. Usulan pembangunan jembatan dari Ajibata dekat Parapat ke P.Samosir barangkali juga tepat diserahkan kepada Tiongkok yang memiliki teknologi tinggi di bidang ini.
Semoga kerjasama saling menguntungkan antara Indonesia dengan Tiongkok atas dasar saling menghormati kedaulatan semakin dapat ditingkatkan! Demikian harapan Mangasi.
Mangasi merupakan seorang pensiunan dinas diplomasi, dan pengamat sosial-politik, saat ini sebagai salah seorang fungsionaris DPP Partai Indonesia Damai.
Penulis : Red
Editor : Elly