Minggu , Juli 13 2025
Beranda / JP News / Ekonom: Konflik Ukraina-Rusia Terdampak Resiko Peningkatan Kejahatan Siber Secara Global

Ekonom: Konflik Ukraina-Rusia Terdampak Resiko Peningkatan Kejahatan Siber Secara Global

Share:
Pengamat Ekonomi & Hukum Nasional, Hardi Fardiansyah, PhD

Jejakprofil.Com – Perang antara Ukraina dengan Rusia berdampak terbatas kepada perekonomian nasional Indonesia, Karena Rusia dan Ukraina memang bukan negara mitra dagang utama Indonesia.

Walaupun Indonesia mengimpor gandum dari Ukraina tapi secara agregat Ukraina dan Rusia memang bukan negara mitra dagang utama Indonesia.

Meski demikian, Pengamat Ekonomi & Hukum Nasional, Hardi Fardiansyah menilai konflik antar kedua negara ini bisa berdampak pada risiko peningkatan kejahatan siber secara global, termasuk risiko serangan siber terhadap perusahaan dan sistem perbankan di Indonesia . Olehnya itu, dirinya meminta agar pemerintah segera mengantisipasinya.

“Hal ini bisa meningkatkan kejahatan siber. Untuk kasus hacking dan cybercrime yang cukup besar yang melibatkan Korea Utara, disebutkan bahwa banyak hacker Korea Utara yang dilatih oleh Rusia,” kata Hardi seperti dilansir Bisnisrevie.Com, Senin (7/3/2022).

Sampai saat ini perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung. Konflik kedua negara kian memanas dan menyita perhatian masyarakat global. “Perang di Ukraina terjadi pada saat yang buruk bagi dunia karena inflasi sudah naik,” kata Hardi.

Dia menyebut, secara global, perang di Ukraina adalah “bencana” bagi dunia yang akan menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi global. Pasalnya, tambah dia, perang antar kedua negara tersebut berdampak pada kenaikan harga gandum.

Menurutnya, kenaikan harga gandum cepat atau lambat akan berdampak pada konsumen di Indonesia, mengingat gandum merupakan bahan baku dari produk pangan seperti mi instan dan terigu.

“Kelangkaan gandum atau kenaikan harga karena konflik di Ukraina bisa meningkatkan harga produk turunan termasuk mi instan,” jelasnya.

Dikatakan Hardi, mie instan ini merupakan segmen masyarakat menengah ke bawah, yang artinya dalam situasi saat ini banyak yang belum siap menerima kenaikan harga.

Lebih lanjut, pria yang juga Dosen dan Akademisi dari STIH Dharma Andigha ini memberikan solusi yakni margin keuntungan dari produsen mi instan yang akan dipangkas atau ukuran dari mi instan diperkecil, atau mengeluarkan produk mi instan dengan kualitas lebih rendah. “Dari sisi pemerintah bisa membantu memfasilitasi pengusaha mi instan untuk mendapatkan suplai bahan baku gandum selain dari Ukraina,” terangnya.

Hardi juga menjelaskan bahwa Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga minyak mentah melonjak hingga melewati level 100 dollar per barel.

Kondisi tersebut membuat beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi merasakan dampaknya secara langsung.

”Lonjakan harga minyak dunia membuat perusahaan pelat merah membebankan berbagai kenaikan harga ini kepada masyarakat. Termasuk LPG nonsubsidi yang telah disesuaikan dua kali harganya, sudah naik dua kali, kemudian juga untuk BBM jenis non subsidi juga dilakukan penyesuaian,” pungkasnya.

Menurutnya, kenaikan tersebut langsung menguras cashflow dan membuat BUMN berada di bawah tekanan utang atau debt distress.

“Ada tekanan utang yang cukup dalam karena ada lonjakan harga minyak mentah secara global. Sementara dari sisi pemerintah dana kompensasinya mungkin kurang, sehingga kemudian dinaikan ke level konsumen, ini kan konsekuensi pertama,” tutup Hardi. (JP/AR/Red)

Lihat Juga

Kantah Palangka Raya Perkuat Zona Integritas

Zona Integritas Kantah Palangka Raya Diperkuat Wujudkan WBK dan WBBM

PALANGKA RAYA, JejakProfil.com – Kantor Pertanahan (Kantah) Kota Palangka Raya terus memperkuat komitmennya dalam membangun …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *