Depok – Yayasan Pamong Asthabrata (PAMASTHA) adalah lembaga yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan yang didirikan pada tahun 2017. Pada awalnya yayasan hadir dari semangat para generasi muda para alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan dengan nama awal Pamong Foundation.
Hal tersebut dikatakan Asep Firdaus selaku ketua Yayasan Pamastha saat diwawancarai oleh tim media di Aula Gedung Perpustakaan Balaikota Depok, pada Selasa (14/2/2023).
Foto : Asep T Firdaus, S.STP, M.Si
Asep menerangkan, berkat perjuangan seluruh pihak dari lintas generasi, pada tahun 2018 yayasan Pamastha berdiri secara resmi dan sah diakui oleh negara berdasarkan SK Menteri Hukum dan Ham RI Nomor AHU-0001557.AH.01.04 Tahun 2018 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Pamong Asthabrata.
Asep Firdaus saat ini juga aktif sebagai ASN di Kemendagri dan merupakan alumni IPDN angkatan 2012.
Sebutan Asthabrata sendiri merupakan ciri khas yang melekat dari lulusan IPDN yang memiliki arti 8 sifat kepemimpinan.
“Dalam pewayangan ada 8 sifat kepemimpinan yang meliputi unsur angin, matahari, bulan, air, api, tanah dan lain sebagainya. Dan Pamong Asthabrata artinya kepala wilayah/pemimpin/pengemong/pengayom yang punya 8 sifat kepemimpinan,” terang Asep Firdaus.
Dia menambahkan, Komunitas ini awalnya hanya beberapa orang saja, kemudian diinisiasikan gerakan tersebut agar lebih masif lagi untuk membantu para alumni IPDN yang mengalami musibah sakit dan lain-lain. “Jadi Komunitas ini bergulir sejak 2017 kemudian tahun 2018 kita inisiasi dibentuk menjadi satu badan legal yayasan karena ini sifatnya sosial,” ungkapnya.
Asep juga mengaku pihaknya masih belajar bagaimana agar roda yayasan bisa berjalan baik, khususnya dari segi pendanaan.
“Kalau kami pelajari kesini sini ternyata yayasan itu berdiri dan bisa eksis karena ada donatur tetap, donatur yang sifatnya insidentil dan lain sebagainya. Kami saat ini lebih banyak adanya donatur insidentil, contohnya alumni si fulan sakit atau adanya bencana alam di Pandeglang, lalu kita open donasi dan kemudian kita salurkan,” jelasnya.
Mengenai struktur kepengurusan saat ini berasal dari alumni angkatan 2012, 2013, dan 2015. Pembina dan pengawas berasal dari alumni angkatan 2003 dan 2008. Adapun sosok pembina saat ini adalah direktur pengelolaan perbatasan daerah dan pengawas adalah salah satu direktur di kemendagri.
Yayasan Pamong Asthabrata memiliki visi misi sebagai wadah bagi alumni IPDN dalam memberi peran sosial kemasyarakatan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Dan dalam eksistensinya selama 5 tahun terakhir, yayasan ini cukup banyak berkiprah membantu kegiatan kemanusiaan dalam cakupan nasional dan berhasil menyalurkan bantuan senilai lebih dari 1 milyar dengan mayoritas donatur dari alumni IPDN sendiri karena belum memiliki donatur tetap.
Saat ini pihaknya juga sedang dilakukan audit keuangan oleh kantor akuntan publik yang ada di kota Depok terkait laporan keuangan periode 2018, 2019, 2020, 2021.
“Kewajiban untuk audit keuangan merupakan proses akuntabilitas dari kami sebagai yayasan, termasuk bagaimana cara menggunakan uang yayasan untuk membayar akuntan publik,” ujarnya.
“Berkaca dari kasus ACT, kami mendapat pengetahuan baru bahwa memang ada persentasi dari dana yang terhimpun yang dapat digunakan untuk operasional yayasan yaitu 5-10% untuk sosial umum dan kalau sosial islam bisa sampai 20%. Dana operasional tersebut sudah termasuk gaji dan lainnya,” lanjutnya.
“Nah untuk di Pamastha belum menerapkan gaji, karena dari persentasi 5-10% tersebut diakumulasikan untuk membayar jasa akuntan publik yang biayanya diatas Rp6 juta pertahun,” jelasnya lagi.
Mengenai bentuk bantuan/perhatian dari pemerintah atas eksistensi Yayasan Pamastha selama ini, Asep Firdaus mengatakan bahwa secara umumnya belum ada, baik itu bantuan dari dana CSR pemerintah BUMN maupun swasta. Ia pun berharap di kepengurusan selanjutnya bisa mendapatkan itu mengingat gerakan sosial kemanusiaan ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar dampak kemanfaatannya pun semakin luas.
Sementara untuk afiliasi kegiatan, Asep mengaku sudah pernah bekerja sama dengan dinas sosial kota Depok saat pandemi Covid19 lalu, di mana yayasan Pamastha turut menjadi bagian dalam penyaluran bansos. Dia pun berharap, kedepan tentunya bisa terus berkolaborasi dengan pemda setempat.
“Saya yakin kedepan Pemkot Depok bisa menjadi role model betapa luar biasanya dampak kolaborasi antara komunitas/aktivis sosial, ormas, yayasan dan pemda itu sendiri. Bila dilihat dari pengalaman covid lalu, di mana kita semua bisa survive dan bahu membahu satu dengan lainnya dan itu sangat luar biasa apabila bisa terus dilakukan kedepannya,” bebernya.
Menurutnya, Pemda tidak perlu menyediakan dana, cukup hanya menyampaikan program dan kumpulkan ormas serta elemen masyarakat lainnya untuk bekerjasama mewujudkan program tersebut.
“Karena kita pernah melewati covid bersama sama, dan saya yakin pasti bisa untuk seterusnya,” ucapnya.
Asep menambahkan, dari catatan pihaknya selama 5 tahun terakhir, berbekal pengurus yang rata-rata berusia 30-33 tahun serta keberadaan yayasan yang juga baru berdiri dengan jangkauan nasional, tentunya ia masih memiliki harapan besar agar kedepan yayasan Pamastha bisa semakin eksis dan mampu memberikan manfaat yang lebih besar lagi kepada bangsa dan negara dalam bidang sosial kemasyarakatan.
“Kami mohon doa nya agar proses regenerasi dan suksesi organisasi yang sedang berjalan saat ini diharapkan menghasilkan pengurus baru yang lebih baik lagi, lebih komitmen dan konsisten dalam menjalankan amanah organisasi,” harapnya.
“Untuk kota Depok, semoga kedepan kita bisa semakin berkolaborasi dalam kegiatan sosial, edukasi, dan pemberdayaan kemasyarakatan yang lebih baik,” tutupnya.
Red/Vero