Beranda / JP News / Muhasabah Dihari Yang Fitri oleh H.Nasrullah, AR.SPd.I SH.MH Ketua PW.NU Kalimantan Selatan

Muhasabah Dihari Yang Fitri oleh H.Nasrullah, AR.SPd.I SH.MH Ketua PW.NU Kalimantan Selatan

Share:

Jakarta,Kalimantan, 13-05-2021 – Setelah satu bulan penuh kita menjalanka Ibadah Puasa, tibalah saatnya kita merayakan hari kemenangan hari yang Fitri, hari yang suci. Orang-orang yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan iman dan hanya hanya mengharap Ridha Allah SWT, maka semua dosa dosanya diampuni oleh Allah, waladat hu ummuhu seperti bayi yg baru lahir, (13/05).
Bulan Syawal identik dengan ‘Idul Fitri, lebaran maupun halal bih halal. Dibalik gemerlapan dan gegap gempita takbir, tahmid dan tahlil Idul Fitri, setelah membaca kitab klasik atau kalau bahasa pondokan alias bahasa santrinya kitab kuning setidaknya ada tiga hikmah atau poin penting :

1.Raja’ Rasa penuh harap Kepada Allah SWT. Harapan diampuni semua dosa dosa dan kesalahan yg telah lalu, mengharapkan janji Allah SWT akan ampunan sebagai buah dari kerja keras dengan sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa

2.Mengevaluasi diri terhadap ibadah puasa yang telah kita kerjakan.Apakah puasa yg kita lakukan sarat dengan makna, atau puasa hanya menahan lapar dan dahaga. Disiang hari bulan ramadhan kita berpuasa, tapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataan kita menyakiti orang lain, tapi yg sangat parah lagi penyakit hati yg cenderung merasa lebih mulia, merasa lebih senior, merasa dilahirkan dari Zuriat yg mulia atau makan yg mulia sehingga buta untuk melihat kebenaran

3.Memperkuat benteng pertahanan nilai nilai fitrah yg baru saja diraih, tidak kehilangan etos juang dalam beribadah karna telah berlalu bulan Ramdhan, karena predikat taqwa sebuah keniscayaan yg berkelanjutan hingga akhir hayat sebagai makna taqwa itu sendiri kalau dalam konteks meraih kekuasaan tidak money politik, tidak kampanye hitam tidak curang karena kedua prilaku ini sama sekali melanggar makna taqwa dan jangan mimpi akan meraih derajat Muttaqin.

Allah.Swt berfirman : Hai orang yg beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar benar taqwa kepadaNYA dan jangan sekali sekali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. QS.Ali Imran,” kata plt Ketua PW. NU Kalimantan Selatan, H. Nasrullah, AR. SPd.I,. MH, dalam tulisannya.
Terkadang nilai keimanan, ketaqwaan dan keislaman kita terpusat dalam bulan ramadhan saja, Pemenjaraan hawa nafsu seolah hanya pada bulan ramadhan saja, selebihnya pada sebelas bulan lainnya hanya rutinitas belaka, sehingga nilai nilai ramadhan dengan segala kelebihan tak bisa terejawantahkan sama sekali sebagai tarbiyah lahir maupun bathin untuk selamanya.

Inilah evaluasi penting kelemahan atau kesalahan kita dalam memahami Ramadhan atau ajaran Islam Islam secara totalitas sistemik. Ramadhan dipahami sebagai bulan Ibadah, tapi kemudian tanpa meninggalkan bekas atau perubahan pada perputaran waktu selanjutnya, ini lah fakta yang ada pada kita yang perlu kita luruskan dan perlu kita reformasi total.

Idul Fitri yg tambah parah lagi dipahami sebagai berbaju baru,baju baru bagus, atau makan ketupat, tradisi konsumtif, pameran materi dan kemegahan dunia. Karena pemahaman yang demikian hanya menonjolkan unsur lahiriyah yang kasat mata tanpa peresapan lebih jauh secara ruhaniyah atau bathiniyah yg pada gilirannya akan mempertajam kesenjangan sosial antara yg kaya dan yg kurang mampu,dan sangat bertentangan dengan hakekat Idul Fitri,yaitu menciptakan solidaritas dan semangat kebersamaan serta cinta kasih dalam bingkai Taqwa.

Harus kita sadari bahwa untuk mewujudkan predekat la”allakum tattaqun,tidak dapat hanya dengan menjalankan aktifitas ibadah dibulan ramadhon saja, tetapi sebaliknya esensinya ada pada pada bulan bulan selanjutnya, karena bulan ramadhan hanya Anjang riadhoh, ajang penggemblengan dan pengkaderan Mapaba atau MKNU. Secara rasional orang yang selsai pelatihan dapat meningkatkan atau minimal menerapkan keilmuan sesuai dengan bagian atau bidang masing masing secara militan. Kalo yg terjadi sebaliknya, dalam konteks transpormasi spritual berarti telah gagal menjalani pelatihan, pengkaderan dan darajat taqwanya jauh Pagang dari pada api, karena derajat agung ini hanya dapat diraih dengan kesungguhan, prestase dan aktifitas ibadah secara kontinyu dan terus menerus kepada Allah kita mohon rahmatnya dan Kepada Rasul kita mohon Syafaatnya,” papar Sekretaris MUI Kalimantan Selatan.

Nasrullah berkesimpulan, apa yang menjadi poin dari hikayat ini adalah Harus kita sadari bahwa untuk mewujudkan predekat la”allakum tattaqun, tidak dapat hanya dengan menjalankan aktifitas ibadah dibulan ramadhan saja, tetapi sebaliknya esensinya ada pada bulan selanjutnya dapat diraih dengan kesungguhan, prestasi dan aktifitas ibadah secara kontinyu dan terus menerus kepada Allah kita mohon rahmatnya dan kepada Rasul Kita mohon Syafaatnya, “tuturnya.

Allah Akbar Allah Akbar Allah Akbar Walillahilhamd
(Slamet)

Lihat Juga

BPN Kota Palangka_

Target PTSL Tahun 2025 di Kantor Pertanahan Kota Palangka Raya Sebanyak 200 Bidang Dalam Proses Penyelesaian Akhir

Palangka Raya, Jejakprofil.com – Kantor Pertanahan Kota Palangka Raya berhasil mencapai target Program Pendaftaran Tanah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *