Tarakan — Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mengadakan kegiatan pelatihan berbasis kompetensi bidang branding dan strategi pemasaran bagi pelaku usaha mikro di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, beberapa hari yang lalu. Pelatihan kali ini melibatkan fasilitator dari LPK Kompetensi Indonesia, bersama Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kota Tarakan.
Sekretaris Deputi Usaha Mikro, KemenkopUKM, A.H. Novieta mengatakan kegiatan pelatihan ini mempunyai arti penting di tengah situasi dalam negeri yang masih dibayangi oleh pandemi Covid-19. Di sisi lain proses pemberdayaan UMKM khususnya usaha mikro di harus tetap berlanjut.
“Pemerintah pusat dan daerah harus ada dan berupaya untuk memberikan akses pengembangan kapasitas sumber daya manusia para pelaku usaha mikro, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk memajukan bisnisnya. Terutama dalam hal ini melalui pelatihan branding dan pemasaran,” kata Novieta dalam sambutannya.
Untuk mengelola usaha dan menghasilkan produk yang berkualitas dibutuhkan SDM yang terampil dan kompeten. Pelatihan berbasis kompetensi ini merupakan pelatihan yang berorientasi praktis dengan menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja sesuai standar yang telah ditetapkan baik pengetahuannya, keterampilannya dan juga sikapnya.
“Kompetensi bidang branding dan strategi pemasaran yang menjadi topik pelatihan ini, sangat relevan dengan upaya memajukan usaha mikro. Pak kadis dan tim Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan mampu memotret potensi, permasalahan dan juga kebutuhan pelaku usaha mikro Kota Tarakan sehingga menjembataninya untuk sinergi kegiatan pelatihan ini,” ujar Novieta.
Meski demikian, ia mengakui bahwa bisnis UMKM tidak selalu berjalan mulus, sebab masih banyak hambatan atau kendala, yang harus dihadapi para pelaku UMKM terlebih disituasi sulit pandemi dua tahun belakangan dan sampai saat ini.
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pemasaran menjadi kendala terbesar bagi pelaku usaha di masa pandemi. Persentasenya mencapai 58,94%. Disamping itu, masalah yang masih menjadi tantangan adalah pembiayaan, teknologi, bahan baku dan SDM.
“Kami mencermati SDM dan pemasaran sangat terkait, SDM usaha mikro yang terampil dan kompeten akan mendukung pengembangan jaringan usaha, pemasaran dan kemitraan usaha Bapak/Ibu. SDM yang dapat memanfaatkan dan menguasai teknologi akan memajukan usaha Bapak/Ibu,” ujar Novieta.
Novieta mengatakan pemerintah selalu berupaya untuk membantu UMKM menjawab tantangan itu, mulai dari sisi hulu (produksi) hingga hilir (pemasarannya). Maka pemerintah mengadakan program kegiatan meliputi pelatihan, pendampingan dan konsultasi usaha, akses legalitas usaha (NIB), peningkatan sertifikasi (merek, halal) dan standarisasi mutu produk, fasilitasi promosi dan pemasaran (online maupun offline) hingga fasilitasi onboarding pada platform digital, pemberian akses pembiayaan bagi usaha mikro, hingga bantuan hukum.
“Bahkan dengan kebijakannya pemerintah mendorong Gerakan BBI dan telah mengalokasikan 40% belanja barang/jasa untuk mendorong pemasaran dan penggunaan produk lokal UMKM (melalui aplikasi bela pengadaan dan e-katalog LKPP),” terang dia.
Potensi UMKM Tarakan
Kota Tarakan yang dikenal sebagai *Bumi Pagun Taka* perlu dibangun bersama karena bumi ini mempunyai potensi untuk pegembangan UMKM ada sumber daya perikanan dan kelautan (seperti rumput laut, ikan dan udang), industri, perdagangan dan pariwisata, juga sektor energi.
Selain itu, kata dia pengembangan ekonomi kreatif produk kerajinan tangan juga potensi untuk dikembangkan, dari referensi yang ada, produk dengan nuansa etnik Kalimantan berbahan dasar kulit kayu dan batik, yang berhasil dipasarkan pelaku UMKM Kota Tarakan.
“Kalau tidak salah trade mark “Marco Handmade” yang dirintis Agata Celsi dan berhasil dipasarkan hingga ke Amerika Serikat. Kemudian ada ibu Suhartatik dengan produk boneka rajut dengan kualitas terbaik,” katanya.
“Mencermati potensi yang baik ini, tentu kami berkeyakinan pelatihan branding dan strategi pemasaran ini akan memberikan bekal berharga bagi pengembangan usaha Bapak/Ibu. Branding menjadi penting karena Bapak/Ibu pelaku usaha mikro perlu memahami fungsi branding sebagai salah satu sarana untuk menanamkan image dan citra produk maupun usaha secara positif,” tambahnya.
Menurut dia, branding produk, dapat membantu meningkatkan nilai jual dan menjadi pembeda dari pesaing dari usaha mikro sehingga lebih dikenal luas. Branding pun tidak hanya sebatas logo, label, atau packaging tapi utuh bisnis usaha mikro dari mulai produk yang berkualitas, sampai promosi dan layanan produk.
“Branding akan mendorong konsumen/pembeli untuk menentukan membeli produk Bapak/Ibu secara berulang,” ucap Novieta.
Begitu pun juga terang Novieta, strategi pemasaran menjadi penting di masa pandemi dan digitalisasi. Kombinasi strategi promosi dan pemasaran produk secara offline (toko/warung/tempat usaha lainnya) dan berbasis digital menjadi pilihan.
Hanya saja pelaku UMKM dituntut untuk mengoptimalkan pemasaran online dan digital marketing sebagai sarana komunikasi dengan target konsumen. Strategi pemasaranpun dimaksud tidak terlepas dengan branding, mulai dari promosi, kualitas produk, dan kemasan menarik.
“Paling mudahnya saat ini, strategi pemasaran melalui digital bisa dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. Sebab sekarang media sosial bisa menjadi media agar produk dikenal luas-global, dan menjadi referensi utama untuk orang menentukan pilihannya,” tutupnya.
(Red)
Sumber :
*Humas Kementerian Koperasi dan UKM*
*Medsos resmi: @Kemenkopukm*