Indramayu – Masjid dan pesantren dapat melakukan inkubasi bisnis. Sehingga, bisa menumbuhkan santripreneur berbasis teknologi dan inovasi di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik, pada acara Bazaar UMKM dan BUMN dalam rangka Haul Habib Umar bin Yahya, di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (29/9).
Pasalnya, lanjut Riza, Indonesia memiliki potensi ekonomi umat yang sangat besar. Selain sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga merupakan pusat ekonomi syariah terbesar keempat di dunia dalam Global Islamic Economic Indikator.
“Indonesia juga masuk ke dalam 10 besar dalam kategori makanan halal, wisata ramah Muslim, hingga fesyen, obat-obatan, dan komestik halal,” kata Riza.
Bahkan, Riza menyebutkan bahwa Indramayu memiliki potensi besar, khususnya di sektor pangan. “Ke depan, kami akan terus perkuat sektor pangan karena merupakan kontributor tertinggi kedua dalam PDRB Indramayu, termasuk nasional,” ulas Riza.
Riza mencontohkan potensi beras dan buah tropis (mangga), serta sektor perikanan yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan di Indramayu. “Apalagi, perikanan di Indramayu terbesar di Jabar, baik subsektor budidaya maupun perikanan tangkap, atau pengolahan ikan dan garam,” jelas Riza.
Namun, Riza mengakui, dalam pengembangan sektor pangan masih memiliki banyak tantangan yang harus dibenahi. Diantaranya, rata-rata para pelaku di sektor ini masih kecil-kecil dan perorangan. Sehingga, kurang efektif dan efisien.
“Ada juga tantantan menuju akses pasar yang akan terus kita perbaiki,” tandas Riza.
Tantangan lain adalah persoalan akses ke pembiayaan. “Ke depan, akan ada bimbingan dan pelatihan yang akan mendekatkan UMKM pada akses pembiayaan dalam pengembangan usahanya,” ujar Riza.
Begitu juga dengan tantangan masih rendahnya tingkat produktifitas, teknologi, dan inovasi, yang membelit pelaku UMKM.
Oleh karena itu, Riza mengungkapkan bahwa Kemenkop dan UKM memiliki prioritas utama dalam mengembangkan Korporatisasi Petani dan nelayan. “Upaya untuk memperkuat usaha-usaha di sektor pangan yang kecil-kecil agar bergabung dalam koperasi,” papar Riza.
Dengan berkoperasi, menurut Riza, akses terhadap pasar dan pembiayaan, serta inovasi produk, akan semakin baik lagi. “Tidak akan kalah dengan korporasi,” tandas Riza.
Riza mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menerapkan program Korporatisasi Petani di Koperasi Pesantren Al Ittifaq (Ciwidey, Bandung). Disana, koperasi melakukan agregasi dan bermitra dengan puluhan Ponpes lainnya. Sehingga, bisa masuk skala ekonomi dan menguasai lini usaha dari hulu hingga hilir. “Dari mulai produksi, pengolahan, hingga pemasaran,” tukas Riza.
Dukungan KemenkopUKM lainnya terhadap pengembangan ekonomi syariah di Indonesia adalah pengembangan produk halal, yang mana semuanya sudah tertuang dalam UU Cipta Kerja. “Kini, sertifikasi halal tidak lagi dibebankan biaya alias gratis,” ungkap Riza.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Hasbullah Ahmad, mewakili Wantimpres Habib Lutfi, mengatakan bahwa meski pandemi Covid-19 tengah mewabah di Indonesia, namun ekonomi umat harus tetap dipertahankan.
“Covid boleh mewabah, tapi ekonomi umat jangan sampai terpuruk,” tegas KH Hasbullah.
Oleh karena itu, KH Hasbullah mengajak semua pihak bahu membahu untuk menggalakkan ekonomi umat. “Koperasi yang ada di pesantren-pesantren harus kita kembangkan. Saat ini, kita harus bisa bangkit bersama. Dengan mengembangkan koperasi, Insya Allah, ekonomi umat akan bangkit,” pungkas KH Hasbullah.
(Red)