Timnas Indonesia Momok Negara Timur Tengah

Punggawa Timnas Indonesia, Kevin Diks, Jay Idzes, Emil Audero dan Verdonk.
Punggawa Timnas Indonesia, Kevin Diks, Jay Idzes, Emil Audero dan Verdonk.

Jakarta, JejakProfil – Persaingan di Grup B babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia bukan hanya soal dominasi tim-tim besar, tetapi juga membuka ruang kejutan.

Timnas Indonesia bahkan berpotensi tampil lebih berbahaya dibanding Arab Saudi maupun Irak.

“Arab Saudi punya pengalaman panjang di level tertinggi, tapi itu dulu,” ujar jurnalis sepak bola Syaiful Amri, Minggu (7/8/2025).

Ia menegaskan Arab Saudi pernah merasakan dampak kehadiran Indonesia saat berada dalam satu grup.

Indonesia kini menunjukkan mentalitas menghadapi tekanan internasional. Garuda sudah meladeni Jepang, Australia, hingga menjungkalkan Arab Saudi di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Menurut Syaiful, permainan Indonesia memang mudah ditebak secara organisasi, tetapi tetap eksplosif dalam menyerang.

“Irak sebenarnya lebih dijagokan karena memiliki fisik tangguh, gaya agresif, dan pengalaman pemain,” lanjutnya.

Namun, persiapan Irak menuai kritik setelah mereka hanya meladeni lawan-lawan ringan di turnamen pemanasan. Kondisi ini bisa mengganggu ritme mereka saat laga kompetitif.

“Indonesia justru berbeda. Meski underdog, skuad Garuda punya energi muda, determinasi tinggi, dan pola permainan dinamis,” jelasnya.

Kombinasi pemain naturalisasi dan talenta lokal membuat serangan dan pertahanan Indonesia lebih variatif. Dukungan suporter fanatik menambah kekuatan Garuda.

“Indonesia bisa jadi kuda hitam. Lawan yang meremehkan akan menanggung akibatnya,” tegas Syaiful.

Situasi ini menjadikan Grup B bukan hanya panggung duel klasik Arab Saudi vs Irak, tetapi juga membuka cerita baru: Indonesia muncul sebagai ancaman nyata.

Kondisi Sementara dan Faktor Pendukung

Arab Saudi tetap unggulan berkat sejarah lolos ke Piala Dunia dan persiapan matang melalui pemusatan latihan di Republik Ceska serta uji coba internasional.

Irak dianggap kuat, tetapi persiapan mereka dipertanyakan karena hanya menghadapi lawan ringan di turnamen seperti King’s Cup.

Indonesia tampil sebagai underdog dengan catatan kompetitif. Pergantian pelatih ke Patrick Kluivert memberi warna baru setelah hasil menantang di fase ketiga.

Kunci Sukses Sepak Bola Indonesia

Program naturalisasi PSSI terbukti membawa dampak besar. Indonesia yang dulu hanya jadi penggembira di Asia kini menjelma sebagai tim dengan kedalaman skuad bernuansa Eropa.

Kehadiran Miliano Jonathans, Mauro Zijlstra, dan Adrian Wibowo menambah variasi serangan. Pulihnya Ole Romeny dari cedera semakin melengkapi lini depan.

Namun, Indonesia tak bisa hanya mengandalkan paspor baru. Identitas dan chemistry tetap menjadi kunci. Naturalisasi memang meningkatkan kualitas, tetapi tanpa soliditas kolektif, skuad hanya terlihat indah di atas kertas.

Indonesia kini berada di persimpangan: menuju kebangkitan sepak bola Asia Tenggara di panggung dunia, atau sekadar eksperimen singkat yang cepat padam.

“Jawabannya akan terukir di Kualifikasi Piala Dunia 2026,” ulas Syaiful.

Lompatan Indonesia Lampaui ASEAN

Pemain Indonesia kini mendominasi pasar sepak bola Asia Tenggara. Jay Idzes dan Maarten Paes menjadi simbol kebangkitan itu.

Jay Idzes, bek Venezia, melesat menjadi pemain ASEAN paling mahal dengan nilai pasar €7,5 juta. Ia bahkan mencetak sejarah sebagai pemain ASEAN pertama yang tampil dan mencetak gol di Serie A.

Maarten Paes, kiper FC Dallas, juga masuk daftar elite dengan nilai pasar Rp26 miliar. Aksi gemilangnya, termasuk menepis penalti, menegaskan peran vitalnya di Timnas.

Indonesia kini memimpin kelasnya. Malaysia, Thailand, dan Vietnam tertinggal jauh.

“Ini bukan hanya soal angka di Transfermarkt, tetapi sinyal betapa ambisi dan potensi sepak bola Indonesia makin serius di bawah Ketua Umum PSSI Erick Thohir,” kata Syaiful.

Ia menutup dengan harapan: Oktober 2025 menjadi bulan keberuntungan bagi Indonesia untuk menembus Piala Dunia.

“Kesimpulannya, Timnas Indonesia kini menjadi tim paling berbahaya dan paling ditakuti negara-negara Timur Tengah,” pungkasnya.