Proyek Listrik Sampah Rawa Kucing Menyala di Kertas, Mandek di Meja

JP News130 Dilihat
Proyek Listrik Sampah Rawa Kucing Macet di Meja Administrasi
Aktivitas di Gunung Sampah Rawa Kucing yang kabarnya akan diolah menjadi energi listrik tapi tersendat lantaran administrasi.

 

TANGERANG, JejakProfil – Kota Tangerang punya mimpi setinggi tumpukan sampah di Rawa Kucing: sampah 1.600 ton per hari bakal berubah jadi listrik.

Investasinya? Fantastis Rp 2,5 triliun! Realitanya? Baru ribut di atas meja administrasi.

Proyek ini digadang-gadang jadi solusi keren, padahal TPA sudah 80 persen penuh dan bau busuknya gratis dinikmati warga.

PT Oligo Infra Swarna Nusantara sudah janji sejak 2022, tapi sampai sekarang hasilnya masih sebatas kertas.

Ya, kabarnya pengelolaan nanti bisa keluar listrik 13,5 MW dari Rawa Kucing dan 25 MW lagi dari Jatiuwung.

“Hebat, ya. Sampah yang sekarang bikin pusing, besok-besok bisa nyetrum rice cooker,” ujar Gugun warga Cipondoh.

Realisasinya Kapan?

Janji-janji manis pun terus dilontarkan. Timbunan sampah bakal berkurang 70 persen. Emisi gas rumah kaca ditekan.

Tangerang jadi kota hijau. Sayangnya, bau sampah tetap jadi parfum khas warga tiap hari.

Sementara itu, masyarakat masih diminta rajin memilah sampah dari rumah. Katanya biar sistem modern ini jalan.

“Jadi, kalau listrik dari sampah belum juga nyala, sabar aja dulu. Bau busuknya kan sudah menyala duluan,” tandas Rudi warga Perumahan Citra Raya.

Kerja Sama

Pemerintah Kota Tangerang bersama PT Oligo Infra Swarna Nusantara (OISN) terus mendorong terwujudnya pengelolaan sampah terpadu ramah lingkungan di TPA Rawa Kucing, Neglasari.

Proyek strategis nasional ini menargetkan konversi sampah menjadi energi listrik dengan nilai investasi Rp2,58 triliun.

Kerja sama yang menggunakan skema Build-Operate-Transfer (BOT) selama 25 tahun ini masih dalam tahap administrasi.

Meski begitu, sejak dua tahun lalu OISN sudah membantu pengelolaan sampah di Rawa Kucing dengan sistem sanitary landfill.

Program PSEL

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Wawan Fauzi, menegaskan program Pengolahan Sampah Jadi Energi Listrik (PSEL) tetap berjalan meski sempat terkendala birokrasi.

“Oligo sudah menyampaikan secara tertulis kemampuan pembiayaan proyek dan memperpanjang jaminan Rp 21 miliar hingga 2027,” ujar.

Direktur PT Oligo, Bobby Roring, optimistis proyek ini segera terwujud.

“Kami ingin menjadikan sampah sebagai sumber daya, bukan lagi masalah,” kata Minggu 23 Agustus 2025.

“Sampah diolah menjadi energi listrik yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.

TPA Rawa Kucing saat ini menampung 1.600 ton sampah per hari dari 13 kecamatan dengan ketinggian timbunan mencapai 25 meter.

Kapasitasnya sudah 80 persen, sehingga teknologi baru dianggap sangat mendesak.

Manfaat PSEL

Dengan PSEL, sampah bisa diolah hingga 2.100 ton per hari dan menghasilkan listrik 13,5 MW, ditambah 25 MW dari fasilitas RDF di Jatiuwung.

Selain menekan timbunan sampah hingga 70 persen, fasilitas baru ini juga akan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Teknologi waste to energy (WtE) yang digunakan memadukan RDF, anaerobic digester, dan sistem integrasi penjualan listrik ke PLN.

Pemkot dan PT Oligo juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat lewat edukasi pemilahan sampah sejak dari rumah.

“Tanpa kesadaran dari hulu, sistem modern tidak akan optimal,” ujar Bobby.

Langkah ini sejalan dengan amanat Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan PSEL berbasis teknologi ramah lingkungan.

Tangerang pun ditargetkan menjadi kota percontohan dalam pengelolaan sampah modern dan energi terbarukan di Indonesia.