Jejak Profil Jejak Profil
Jejakprofil.Com – Lonjakan harga pangan dan berbagai kebutuhan lainnya, hingga pemutusan hubungan kerja atau PHK, berisiko terjadi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.
Direktur Eksekutif Moluccaas Economyc Reform Intitute (MOERI) Tammat. R. Talaohu mengatakan, kenaikan harga BBM akan segera disusul oleh naiknya harga berbagai kebutuhan lain. Menurut dia, kenaikan harga pangan dinilai paling berisiko karena akan menjadi beban besar bagi masyarakat.
“Yang saya lihat di sini adalah kenaikan harga BBM itu akan berdampak pada kenaikan harga berbagai bahan pangan dan kebutuhan masyarakat lainnya. Dan masyarakat Indonesia saat ini belum siap dengan berbagai kenaikan tersebut. Namun di sisi lain kenaikan BBM tidak begitu berpengaruh pada ekonomi kita,” kata Talaohu dalam keterangannya yang diterima Jejakprofil.Com, Senin (5/9/2022).
Talaohu mengaku, pihaknya optimis dengan kondisi kenaikan harga BBM. Pasalnya, kondisi ekonomi nasional cukup solid untuk menghadapi dampak kenaikan harga jual bahan bakar minyak Pertamina lantaran deflasi nasional yang diumumkan PS minus 0,21 persen pada kuartal II 2022.
“Ini adalah deflasi yang terbesar setelah 2019. Artinya tekanan inflasi sudah mulai reda. Secara tahunan juga inflasi pada Agustus lalu sebesar 4,69 persen, (dibanding) bulan Juli yang hanya 4,9 persen, itu kan deflasi juga,” jelasnya.
Lebih lanjut, pemuda asal Maluku ini menyarankan, agar pemerintah dapat memanfaatkan momentum untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak yang telah mengganggu stabilitas fiskal APBN. Pada Agustus 2022 lalu, manufacturing purchasing managers index (PMI) Indonesia tercatat berada pada angka 51,7 atau naik 0,4 dibandingkan bulan sebelumnya 51,3.
“Artinya, perekonomian kita sekarang lagi solid, tekanan inflasi tidak terlalu besar, cenderung turun, maka sekarang adalah momentumnya untuk kenaikan harga,” tutupnya.
(JP/AR)
